Hiruk pikuk berbagai suara, riak getaran anggota ragawi, ekspresi wajah dan gerakan tangan penuh makna dari beraneka ragam penyandang disabilitas bergema dari berbagai tempat di beberapa bagian wilayah Indonesia sejak beberapa hari lalu yang mencapai puncak kemeriahannya pada hari ini, tanggal 3 Desember 2024. Ya, hari ini para penyandang disabilitas di seluruh dunia dan Indonesia merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang tahun ini bertema “Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas Untuk Masa Depan Yang Inklusif Dan Berkelanjutan”, sebuah tema yang sarat impian bagi terciptanya ruang yang seluas-luasnya bagi para difabel (sebutan yang merujuk pada individu atau orang dengan disabilitas) untuk bisa berkarya dalam suatu tatanan kepemimpinan di berbagai sektor tanpa adanya batasan stigmanisasi dan diskriminasi atas kedisabilitasan yang disandangnya.
Sudah amat banyak contoh nyata para difabel yang sukses dalam beberapa bidang, baik yang terekspos secara terang-terangan atau yang masih tersembunyi senyap dari pandangan masyarakat karena pilihan sendiri yang tak ingin diketahui oleh publik secara luas atas prinsip kesederhanaan hidup yang tak suka menonjolkan diri. Beberapa diantaranya bahkan menjadi contoh dan teladan (rolle model) bagi para penyandang disabilitas yang lain dan menjadi cambuk psikologis bagi non disabilitas yang berhasil menampar ego superioritas mereka yang masih terpaku pada dogma bahwa para difabel adalah orang-orang yang tak bisa berkarya apa-apa dan lebih patut masuk dalam golongan yang di-belas kasihani-kan lewat berbagai program bantuan ini itu tanpa makna prinsipal sama sekali.
Namun, terlepas dari semuanya itu, masih banyak, teramat banyak malah, para penyandang disabilitas disebagian besar wilayah Indonesia yang masih hidup di awang-awang mimpi untuk bisa mencapai hidup yang selayaknya manusia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang penuh penghormatan secara layak setidak-tidaknya di lingkungan sekitarnya sendiri tanpa dipenuhi drama kehidupan yang penuh diskriminasi, perundungan, pelecehan, stigmanisasi dan bahkan kriminalisasi yang masih menjadi hantu mentalitas bagi para difabel untuk berkembang secara mandiri hingga ke titik pencapaian suatu kesuksesan bagi diri sendiri dalam merubuhkan tembok keterbatasan yang mengungkung imajinasi realitas berkarya dan berdaya guna dalam mengangkat derajat harkat manusianya menjadi setara dengan yang lain dalam berbagai lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Walau sudah begitu banyak produk regulasi yang memuliakan para penyandang disabilitas, namun penerapannya masih terhalang oleh berbagai dinding keangkuhan birokrasi dan diskriminasi terselubung para oknum yang tak ingin ruang kekuasaan dan kepemimpinannya terbagi kepada para difabel yang berhasil membuktikan diri pada kemampuan intelektual dan ragawi yang bahkan beberapa diantaranya melampaui daya nalar para non difabel yang paling ter..., ter... dan ter... sekali pun. Di daerah-daerah yang jauh dari titik keramaian pusat pemerintahan, bias penerapan regulasi disabilitas hanya sampai pada ujung harapan yang hampa, bahkan tak sedikit yang hanya menjadi pajangan formalitas keruh omong kosong di tiap rapat-rapat yang katanya demi menaikan harkat dan derajat para penyandalng disabilitas namun jari jemari mereka bergerak lincah di sudut-sudut gelap memutarbalikan hak-hak para difabel yang seharusnya diwujudnyatakan dalam keadilan yang merata dan setara.
Kini, esok dan selama jarum kehidupan masih berputar, geliat perjuangan inklusifme akan selalu bergelora tak kenal masa, bahkan dikala denting jam kehidupan seorang pejuang inklusif berakhir pun akan selalu ada tunas-tunas ksatria inklusifme lahir dan meneruskan misi mulia mewujudkan suatu lingkungan yang penuh penghormatan atas semua manusia tanpa digerogoti oleh dogma stigmanisasi negatif dan perilaku tak berbudaya mulia terhadap penyandang disabilitas di setiap jengkal nafas mereka.
Selamat Hari Disabilitas Internasional, 03 Desember 2024
Penulis: Sujito Talare, pejuang kecil dari perbatasan Utara Indonesia
Comments